Thursday, July 10, 2014

Istiqamah dalam Keimanan

Istiqamah dalam Keimanan
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah!

Nabi Saw menyatakan dalam sebuah haditsnya, apa yang harus dilakukan umat manusia di dunia ini, dalam menjalani kehidupannya agar selamat dunia dan akhirat, sederhana saja: Qul, amantu billahi tsumma itstaqim!, beriman kepada Allah kemudian pegang teguh (istiqamah) keimanan itu.

Hadits tersebut sejalan dengan firman Allah dalam Q.S. Fushilat:30 yang artinya, "Sesungguhnya orang-orang yang berkata 'Tuhan kami ialah Allah', kemudian mereka tetap lurus (istiqamah) dalam keimanannya, niscaya turun kepada mereka malaikat menyampaikan pesan kepada mereka bahwa janganlah kalian takut dan bersedih, dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepada kalian!".

Beriman kepada Allah SWT artinya meyakini Allah sebagai Tuhan semesta alam, juga yakin akan kebenaran keberadaan para malaikat-Nya, wahyu-Nya (kitab-kitab Allah), para rasul-Nya, hari akhir, dan takdir Allah SWT bagi setiap manusia. Dan pembenaran atas semua itu harus diikuti dengan tindakan nyata, sebagai pengamalan atas keimanan tersebut.

Pengamalan keimana kepada Allah harus diikuti dengan pembenaran atas firman-firman-Nya, yang kini tertuang dalam al-Quran, sekaligus mengamalkan apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya. Minimal, seorang mukmin harus membuktikan keimanannya dengan mengerjakan shalat lima waktu. Karena, dalam sebuah hadits disebutkan, pembeda antara seorang mukmin/Muslim dan kafir adalah shalat. Dari shalat, jika dikerjakan dengan khyusu, maka akan tercipta kondisi diri yang benar-benar tunduk kepada Allah SWT.

Keimanan kepada para malaikat minimal dibuktikan dengan adanya kesadaran, bahwa di kiri-kanan kita selalu ada malaikat pencatat amal Rakib dan Atid. Kedua malaikat itu selalu mengawasi perilaku kita dan mencatatnya, untuk kemudian oleh Allah SWT dimintakan pertanggungjawaban kita di akhirat kelak. Dengan adanya kesadaran tersebut, maka perilaku kita akan terkendali. Hanya akan mengarah kepada hal-hal yang diwajibkan dan dibolehkan oleh ajaran Allah semata (syariat Islam).

Keimanan kepada kitabullah, minimal dengan melakukan pembenaran kepada al-Quran, yang diikuti dengan pembacaan, penghayatan, dan pengamalan kandungan isinya. Menjadikan al-Quran sebagai pedoman hidup, mutlak wajib hukumnya bagi setiap mukmin. Al-Quranlah yang merupakan hudan (petunjuk) bagi orang-orang yang bertakwa (Q.S. al-Baqarah:2).

Keimanan kepada para rasul Allah, minimal dibuktikan dengan membenarkan kenabian dan kerasulan Muhammad Saw, yang diikuti dengan menjalankan apa yang didakwahkannya. Perilaku Nabi, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun persetujuannya, merupakan sunnah, sebagai teladan bagi kaum mukmin.

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah!

Kemudian kimanan kepada hari akhir adalah yakin bahwa setelah kehidupan dunia ini ada alam kehidupan yang kekal, yakni akhirat. Bahwa semua makhluk akan mati atau binasa, kemudian manusia dibangkitkan kembali untuk menjalani "kehidupan kedua". Di alam akhirat itulah manusia menjalani kehidupan sesungguhnya. Bahagia atau celakanya, ditentukan oleh amal perbuatannya selama di dunia ini. Pada alam akhirat itulah pembalasan atas amal manusia dilakukan Allah. Firman-Nya dalam Q.S. al-Zalzalah:6-8, artinya, "Pada hari itu manusia akan pergi berpecah-pecah untuk diperlihatkan kepada mereka akan kerja-kerja mereka. Barangsiapa yang beramal kebaikan seberat timbangan atom, maka akan dilihatnya. Dan barangsiapa yang beramal kejahatan seberat timbangan atom, maka akan dilihatnya pula".

Adapun keyakinan akan adanya akhirat harus dibuktikan dengan pengumpulan bekal kita untuk kehidupan di sana. Yakni, berupa amal saleh. Beribadah kepada Allah dan berbuat baik terhadap sesama makhluk, sebagaimana diperintahkan-Nya. Hidup di dunia ini hanya sementara. Pergunakan sebaik-baiknya, jangan sampai terlena oleh kenikmatan duniawi yang melenakan, sehingga melupakan kita akan persiapan (amal saleh) untuk akhirat.

Sedangkan beriman kepada takdir, yakni membenarkan adanya ketentuan Allah SWT. Yaitu, ketentuan yang menentukan nasib atau keadaan kehidupan kita. Yang mana nasib atau keadaan itu mengiringi amal yang kita kerjakan. Ibaratnya, orang rajin belajar tentu akan pandai dan lulus ujian. Orang rajin bekerja tentu akan mendapatkan kekayaan. Orang beribadah tentu mendapat pahala. Sebaliknya, jika kita lalai beribadah, banyak berbuat dosa, tentu ketentuan Allah berupa adzab akan menimpa kita.

Demikian pula jika kita menjalani kehidupan ini sesuai syariat Islam, tentu kebahagiaan hidup dunia-akhirat akan mengiringi kita. Jika kita rajin menjaga kondisi tubuh, dengan olahraga misalnya, kesehatan tentu akan menimpa jasmani kita. Dan seterusnya.

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah!

Uraian di atas hakikatnya adalah sikap istiqamah dalam beriman kepada Allah. Istiqamah adalah kukuh, kuat kepada keyakinan yang ada. Tetap teguh menjalankan konsekuensi keimanan sebagaimana terurai di atas.

Dalam terminologi iman sendiri terkandung makna istiqamah. Iman adalah mengucapkan dengan lisan (ikrarun bil lisan), diiringi dengan pembenaran dalam hati (tashdiqun bil qalbi) dan dibuktikan dengan tindakan nyata oleh seluruh anggota tubuh ('amalun bil arkan).

Orang yang istiqamah dalam keimanannya, akan dapat mengalahkan setiap godaan untuk berbuat maksiat, syirik, nifak, atau mengabaikan syariat Islam. Hawa nafsu duniawi dan bujuk-rayu setan, akan selalu mengintai kaum mukmin agar mereka berpaling dari ajaran Allah yang diimaninya.

Orang yang tidak istiqamah ialah mereka yang mudah goyah keimanannya. Hawa nafsu duniawi, mengejar kesenangan duniawi, menjadi pilihannya dengan mengabaikan keimanannya. Ini bukan berarti mengejar kesenangan duniawi dilarang, tetapi seyogianya orang beriman yang teguh dengan keimanannya akan mengejar kesenangan duniawi itu dengan tetap berpedoman kepada aturan Allah, berstandar halal-haram, manfaat-madarat, dan lain-lain.

Semoga kita termasuk orang yang mampu beristiqamah dalam keimanan kita. Semoga pula kita mempunyai pemimpin yang istiqamah, baik dalam keimanannya maupun pada janji-janji manisnya ketika mereka menarik simpati rakyat agar mendukung mereka. Amin. Barakallahu li walakum. (ASM. Romli).n

0 comments:

Post a Comment