Thursday, July 10, 2014

Membersihkan Hati

Membersihkan Hati
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah!

Dalam sebuah sabdanya, Nabi Muhammad Saw menegaskan, di dalam tubuh semua manusia terdapat segumpal daging (mudhghah). Jika mudhghah itu baik, maka akan baik pula seluruh tubuh. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh tubuh. "Ingatlah, dia itu hati (qalb)!" tegas beliau.

Pada hadits lain, Nabi Saw menegaskan, kebersihan hati amat berpengaruh terhadap karakteristik seorang manusia. Kondisi itulah yang akan menentukan kadar kepekaan seseorang untuk mampu membedakan antara yang hak dan batil. Sejalan dengan firman Allah SWT, "Sesungguhnya bukan mata yang buta, melainkan yang buta itu adalah hati yang ada di dalam dada" (Q.S. al-Hajj:47).

Hati berkedudukan paling istimewa dalam diri kita. Hati adalah motor, motivator, atau penggerak anggota tubuh lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Baik buruk perilaku kita, bergantung baik-buruknya keadaan hati. Karena, dari hatilah lahirnya niat dan hasrat untuk bertindak. Hati juga adalah tempatnya takwa. Dalam sebuah haditsnya, Nabi Saw menyatakan, "attaqwa hahuna" (takwa itu di sini), seraya menunjuk dadanya. Dan sabdanya pula, "Sesungguhnya Allah tidak menilai bentuk tubuhmu, suaramu, tidak juga rupamu, melainkan Dia menilai hati dan amalmu."

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah!

Mengingat strategisnya hati, maka seyogianya setiap kita senantiasa melakukan sesuatu. Agar hati kita bersih dan tidak dihinggapi berbagai penyakit hati, seperti takabur (sombong), dalam arti merasa diri paling baik/benar dan menolak kebenaran, bakhil (kikir alias pelit), hasad (iri, dengki), wahn (cinta dunia dan takut mati), dan lain-lain.

Dalam sebuah kitabnya, Majmu'ul Fatawa, ulama besar Ibnu Taimiyah menunjukkan langkah-langkah bagi kita, bagaimana cara menghidupkan hati. Sehingga hati menjadi bersih, yang dengan sendirinya mendorong kita berbuat baik dan benar di mata Allah SWT. Jika itu terjadi, kebahagiaan hakiki dunia-akhirat, insya Allah dapat diraih.

Pertama, melalui al-Quran. Kitabulah ini adalah obat penyakit hati yang pertama dan utama. Mengobati atau menghidupkan hati melalui al-Quran, caranya adalah dengan membacanya, disertai dengan memahami kandungan isinya, termasuk kekhusyu'an dan perenungan setiap ayatnya. Tentu saja, itu semua akhirnya diamalkan dan didakwahkan kepada sesama.

Melalui al-Quran kita juga dapat bercermin diri. Sejauh mana ajaran Islam telah kita pahami dan laksanakan. Karenanya, membaca al-Quran adalah wajib bagi setiap Muslim. Seorang Muslim yang serius dengan keislamannya, maka ia akan membaca, memahami, dan mengamalkan al-Quran dengan serius pula.

Kedua, dengan mau menerima nasihat. Nasihat umumnya selalu baik dan datang kepada kita demi kebaikan diri kita sendiri. Karena itulah setiap Muslim diharuskan saling menasihati (taushiyah), sebagaimana dinyatakan Q.S. al-'Ashri:3, salah satu karakteristik orang yang tidak merugi hidupnya adalah yang mau saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Ibnu Taimiyah menyatakan, nasihat merupakan salah satu di antara hal yang akan memperbaiki dan menyembuhkan hati yang sakit.

Nasihat biasanya datang kepada kita, jika kita melakukan kekeliruan. Dan kita sadari, kekeliruan itu terjadi akibat hati kita yang tidak bersih. Jika kita tidak menerima dan menaati nasihat yang datang, maka hati akan tetap kotor, perilaku keliru pun kemungkinan besar tetap terjadi. Karena itu, berlapang dadalah untuk menerima nasihat dan memperbaiki diri.

Ketiga, tobat dan istighfar. Langkah ini merupakan lanjutan dari langkah pertama dan kedua di atas. Nabi Saw bersabda, "Sesungguhnya jika seorang mukmin berbuat dosa, itu adalah suatu noda hitam pada hatinya. Jika kemudian ia bertobat dan meninggalkan perilaku dosanya itu, serta memohon ampun kepada Allah, maka hatinya akan kembali bersih mengkilat. Namun jika ia terus melakukan dosa, maka bertambah pula noda hitamnya, sampai noda tersebut meliputi hatinya..." (H.R. Ibnu Majah dan Ahmad).

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah!

Yang tidak kalah pentingnya, dari rangkaian cara menghidupkan hati adalah zakat hati. Menurut Ibnu Taimiyah, secara bahasa zakat adalah pertumbuhan atau tambahan kebaikan. Zakat hati ditunaikan melalui pencegahan diri dari apa yang dapat membahayakannya. Tubuh tidak akan berkembang kecuali dengan memberinya sesuatu yang bermanfaat.

Zakat hati adalah menambah pelaksanaan amal-amal taat, seperti shalat sunat, puasa sunat, sedekah, menolong yang lemah, dan sebagainya. Dengan begitu, rasa cinta kepada Allah dan sesama, akan tumbuh berkembang. Dengan sendirinya, hati pun akan hidup, tidak kotor, karena rasa cinta itu akan melekatkan diri pada dzikrullah.

Hati yang hidup akan membuat jiwa sehat dan hidup pula. Kejernihan pikiran dan perilaku baik sangka, pun akan terjadi. Pada masa krisis seperti sekarang ini, jika hati setiap orang bersih dan hidup, akan terbuka jalan keluar yang baik dan benar. Akan dapat dipahami apa yang sebenarnya terjadi dengan bangsa ini, sehingga ketentuan Allah berupa adzab ataupun peringatan, terjadi.

Marilah kita perbaiki diri kita, sehatkan hati kita, agar senantiasa perilaku kita sesuai dengan tuntunan dan tuntunan Allah. Yang pada akhirnya, pertolongan-Nya pun segera datang. Amin. Barakallahu li walakum. (ASM. Romli).n

0 comments:

Post a Comment